ANALISIS SASTRA DALAM NOVEL  “AND, THEN..”
KARYA YULI PRITANIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN OBJEKTIF
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kritik Sastra dengan dosen pembimbing:
Dosen: Tri Mulyono, M.Pd.

Disusun Oleh:
Nama: Bella Krisnawati
Kelas: 5A PBSID
NPM: 1515500016






FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
TAHUN 2017





A.    Identitas Buku
1.  Judul buku                            : And, Then..
2.  Pengarang                              : Yuli Pritania
3.  Penerbit                                  : Kompas Gramedia
4.  Tempat dan tahun terbit      : Jakarta, September tahun 2015
5.  Jumlah halaman                    : 218 Halaman

Pendekatan objektif merupakan pendekatan karya sastra berdasarkan unsur intrinsik atau unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam, yaitu tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.  Pendekatan ini juga disebut oleh Welek & Waren (1990) sebagai pendekatan intrinsik karena kajian difokuskan pada unsur intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri. Pendekatan objektif dalam artikel sinopsis “And, Then..“ karya Yuli Pritania adalah sebagai berikut:

1. Tema: Pembalasan dendam yang berakhir tidak sesuai dengan rencana.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh:
1)      Lee Jung-Ha: Angkuh, jahat, baik, rendah hati, penyabar, sombong dan arogan.
§  Angkuh
“Gadis itu tampak angkuh. Dagunya terangkat tinggi dan sorot matanya terlihat bosan.”
§  Jahat
“Bukankah itu semakin membuatnya menarik? Mengambil peran yang diinginkan aktris lain? Jung-Ha menyeringai. Kalimatnya terdengar jahat, tapi memang seperti itulah dia.”
§  Baik
“Kakak selalu membentak-bentak kami seperti tadi, marah kalau kami masih berkeliaran malam-malam begini hanya untuk bertemu dengannya. Tapi kami tahu maksudnya baik, jadi kami tidak kesal.”
§  Rendah Hati
“Aku tidak pernah bisa cukup berterima kasih padanya. Dia tidak mau menerima uang dariku untuk mengganti modal yang diberikannya dulu. Lalu, pada suatu malam dia memintaku membiarkannya memanggilnya ibu. Katanya, dia akan menganggap itu sebagai caraku membayar hutang. Aneh-aneh saja anak itu. Akulah yang merasa senang karena dipanggil ibu oleh anak sebaik dia.”
§  Sombong dan Arogan
“Lee Jung-Ha yang dia tahu adalah gadis yang berasal dari keluarga terpandang, yang bersifat sombong dan arogan, yang tampil di televisi dengan wajahnya yang angkuh dan dagunya yang terangkat tinggi.”
§  Penyabar
“Aku terus diam, menerima semua tamparan, pukulan, dan tendangan, tidak pernah tahu alasan kenapa aku mendapatkannya. Aku menghibur diri sendiri dengan meyakinkan diriku bahwa tidak ada kesalahan yang kuperbuat, bahwa mereka hanya membenciku saja.”

2)      Seo Jeong-Hoo: Pekerja keras, egois, licik, pendendam.
§  Pekerja Keras
“Dia pulang malam itu. Dengan tubuh letih setelah bekerja mengangkat bahan bangunan seharian, dilanjutkan dengan menggeraji kayu, memikul belasan sak semen, dan menjadi pelayan restoran saat hari berganti senja.”
§  Egois
“Pembalasan dendam, keadilan. Bahwa….jika dia tidak bahagia, maka tidak seorangpun dari mereka boleh merasakannya,”
§  Licik
“Aku tidak perlu mengotori tanganku untuk membunuhmu hanya demi sebuah pembalasan dendam. Untuk menjatuhkanmu, caranya sederhana saja bukan? Aku tinggal merebut hal-hal yang paling kau cintai di dunia. Kekayaan. Karena kau benci menjadi miskin. Karena kau benci tidak memiliki apa-apa. Kau benci menjadi seseorang yang bukan siapa-siapa.”
§  Pendendam
“Pengkhianatan dan kehilangan, seperti yang terjadi padaku, juga merenggut semangat dan keinginannya untuk hidup. Tapi, tidak seperti dia, masih ada satu hal yang membuatku teris bertahan. Pembalasan. Hari untuk menuntut keadilan.”

3)      Lee Woo-Young: Baik, penuh kasih, penyayang.
§  Baik
“Aku akan membantumu menjadi sukses.Hanya itu.Aku tidak bisa membantumu membalaskan dendam.”
§  Penuh kasih
“Dia pernah menjadi bagian dari hidupku. Bagaimana mungkin aku terpikir untuk menyakitinya?”
§  Penyayang
“Waktu itu, dia tidak tahu harus merasakan apa. Dia teringat tentang kenangan ayahnya, yang selalu bergegas menggendong dan menciumnya saat pulang kantor, bergelung bersamanya di atas sofa empuk ruang keluarga dan menemaninya menonton televise, lalu membacakan cerita-cerita dongeng untuknya sebagai pengantar tidurnya di malam hari.”
4)      Seo Jae-Hyun: Jahat, kejam, tidak berperasaan.
§  Jahat
“Ya, ayah angkatnya memang mencoba menggerayanginya. Pria itu ingin menanamkan ketakutan luar biasa pada Jung-Ha.”
§  Kejam
“Dia malah menatap garang kearah istrinya yang kini tergeletak di lantai teras rumah mereka setelah didorongnya sekuat tenaga, bersama koper-koper yang terbuka dengan isi yang berhamburan di sekitar wanita yang telah dinikahinya selama enam belas tahun.”
§  Tidak berperasaan
“Aku sudah bilang padamu untuk segera mengemasi semua barang-barangmu dan pergi dari sini! Jangan salahkan aku kalau akhirnya mengusirmu aeperti ini! Kaulah yang tidak mendengarkanku selagi aku memintamu baik-baik!”
5)      Park Sang-Mi: Angkuh, tidak tau terima kasih, pendendam, dan pengkhianat.
§  Angkuh
“Jangan memperlihatkan tatapan mengasihanimu padaku! Kau tidak akan bisa mempermalukanku sekarang. Jangan berpikir kau bisa sok mengulurkan tangan untuk memberi bantuan. Aku tidak membutuhkan belas kasihanmu!”
§  Tidak tau terima kasih
“Kenapa kau melakukannya pada ayahku? Pada pria yang mencintaimu setengah mati dan bersedia memberikan segala yang dia miliki untukmu? Kau ingin tahu jawabannya? Karena dia sudah membuat hidupku terbuang sia-sia.”
§  Pendendam
“Aku membencinya lebih banyak daripada aku membencimu. Dan merebutmu darinya adalah pembalasan dendam yang paling memuaskan.”
§  Pengkhianat
“Ayahmu dikhianati oleh istrinya sendiri, yang membocorkan semua rahasia perusahaan kepada suami barunya dan membuat suami lamanya bangkrut tanpa ada harta yang tersisa. Seolah belum cukup, wanita kejam itu juga merenggut anak-anaknya.”
6)      Seo Min-Ah: Manja, dan Angkuh.
§  Manja
“Kau hanya membentuknya menjadi gadis manja yang tidak bisa apa-apa selain merengek padamu setiap kali menginginkan sesuatu.”
§  Angkuh
“Adik”, sapanya , dan Min-Ah mengangkat dagu dengan lagak menantang.”

7)      Kim Min-Seo: Pantang menyerah, dan tidak menerima keadaan.
§  Pantang menyerah
“Tapi, aku istrimu!” Min-Seo , ibunya tampak masih belum mau menyerah.
§  Tidak menerima keadaan
“Dia memandang jasad ibunya. Wajahnya yang pucat pasi, kulitnya yang pucat, kelopak mata yang tertutup dan sampai kapanpun tidak akan pernah lagi terbuka, dan sayatan yang dia tahu ada di pergelangan tangan wanita tersebut, sumber dari semua genangan darah itu.”
8)      Park Kwang-Ji: Penyayang, dan baik.
§  Penyayang
“Kau terlihat senang.” Kwang-Ji tersenyum menyambut kedatangan cucu kesayangannya, yang dengan bergegas memberinya pelukan, tampak begitu berseri-seri dan bahagia.
§  Baik
“Dan hanya nenek yang aku punya saat itu. Dia yang diam-diam memberiku makan, mengajakku tidur bersamanyasetiap malam saat aku tidak dikurung di gudang.”
9)      Jung Eun-Joo: Baik
§  Baik
“Sepertinya pembicaraan mereka akan berlangsung lama. Yang berarti bahwadia harus membatalkan beberapa janji temunya. Semoga saja ini memang ada gunanya. Terutama untuk kebahagiaan sahabatnya, Lee Jung-Ha.”
10)  Jang Mi-Ra: Jahat, dan pemarah.
§  Jahat
“Sebuah tamparan mendarat keras di pipinya sepersekian detik kemudian, membuatnya berdiri membatu dengan kepala yang mendadak terasa berputar.”
§  Pemarah
 “Jang Mi-Ra seniornya, berdiri berkacak pinggang di depannya menatapnya murka.”
Penokohan:
1.      Protagonis: Park Kwang-Ja, Jang Eun-Joo, dan Lee Woo-Young
§  Park Kwang-Ja
 “Dan hanya nenek yang aku punya saat itu. Dia yang diam-diam memberiku makan, mengajakku tidur bersamanyasetiap malam saat aku tidak dikurung di gudang.”
§  Jang Eun-Joo
 “Sepertinya pembicaraan mereka akan berlangsung lama. Yang berarti bahwadia harus membatalkan beberapa janji temunya. Semoga saja ini memang ada gunanya. Terutama untuk kebahagiaan sahabatnya, Lee Jung-Ha.”
§  Lee Woo-Young
” Aku akan membantumu menjadi sukses.Hanya itu.Aku tidak bisa membantumu membalaskan dendam.”

2.      Antagonis: Seo Jeong-Hoo, Seo Jae-Hyun, Park Sang-Mi, dan Jang Mi-Ra.
§  Seo Jae-Hoo
“Aku tidak perlu mengotori tanganku untuk membunuhmu hanya demi sebuah pembalasan dendam. Untuk menjatuhkanmu, caranya sederhana saja bukan? Aku tinggal merebut hal-hal yang paling kau cintai di dunia. Kekayaan. Karena kau benci menjadi miskin. Karena kau benci tidak memiliki apa-apa. Kau benci menjadi seseorang yang bukan siapa-siapa.”
§  Seo Jae-Hyun
 “Dia malah menatap garang kearah istrinya yang kini tergeletak di lantai teras rumah mereka setelah didorongnya sekuat tenaga, bersama koper-koper yang terbuka dengan isi yang berhamburan di sekitar wanita yang telah dinikahinya selama enam belas tahun.”
§  Park Sang-Mi
“Ayahmu dikhianati oleh istrinya sendiri, yang membocorkan semua rahasia perusahaan kepada suami barunya dan membuat suami lamanya bangkrut tanpa ada harta yang tersisa. Seolah belum cukup, wanita kejam itu juga merenggut anak-anaknya.”
§  Jung Mi-Ra
 “Sebuah tamparan mendarat keras di pipinya sepersekian detik kemudian, membuatnya berdiri membatu dengan kepala yang mendadak terasa berputar.”
3.      Tritagonis: Park Kwang-Ja dan Jung Eun-Joo
§  Park Kwang-Ja
Dalam novel dikatakan bahwa dia adalah satu-satunya orang yang memberikan Jung-Ha perhatian.
§  Jung Eun-Jo
Dalam novel dikatakan bahwa Eun-Joo adalah sahabat Jung-Ha

3. Latar / Setting
1) Waktu
a.       24 Jam
 “Sudah banyak bangkai tikus yang diterima, ancaman pembunuhan, dan terror dari para stalker yang mengikutinya tanpa henti selama 24 jam.
b.      Malam hari
 “Yak! Apa yang kalian lakukan malam-malam begini didepan apartemenku?.”
c.       Besok
“Besok pemotretan pukul delapan pagi.”
d.      Pukul delapan pagi
 “Besok pemotretan pukul delapan pagi.”
e.       Pukul tujuh pagi.
 “Kujemput kau pukul tujuh pagi.”
f.       Dua tahun lalu
 “Dua tahu lalu, saat kami tamat SMP, mereka menertawakanku di depan kak Jung-Ha karena aku tidak punya gaun untuk dipakai ke malam prom.”
g.      Jum’at malam
 “Waktu itu aku tidak datang bersama mereka seperti yang biasa dilakukan pada jum’at malam.”
h.      Sepuluh menit lagi.
 “Hei, kita punya waktu sepeluh menit lagi. Apa kau tidak bisa lebih cepat sedikit?”
i.        Lima belas menit kedepan
 “Anda akan segera melihat hasilnya dalam lima belas menit ke depan.”
j.        Satu bulan.
 “Satu bulan setelah tragedy pengusirannya dari rumah, W Group mengumumkan kebangkrutan mereka.”
k.      Kemarin.
 “Aku menemukan pena yang terjatuh di lantai kemarin, jadi aku mengambilnya……”
l.        Minggu berikutnya.
“Minggu berikutnya, ketika aku pulang dalam celana olahraga yang robek karena terjatuh….”
m.    Pukul sebelas
“Pukul sebelas waktu yang aneh untuk berkunjung.”
n.      Bulan april.
“Saat ini hamper menuju penghujung bulan April, dan semua bunga itu mencapai wujud mekarnya yang sempurna.”
o.      Udara dingin pagi kota Seoul
“Pria itu mempercepat langkahnya, membiarkan udara dingin pagi kota Seoul menampar wajah, nyaris menikmati suhunya yang beku.”
p.      Musim Semi
“Musim semi, cuaca mulai menghangat dan jalanan penuh kelopak bunga.”

2)      Tempat
a.       W Entertainment.
“Gadis itu bahkan tidak berkedip sedikitpun dan tanpa ragu mengungkapkan persetujuan saat salah satu agensi artis terbesar korea W Entertainment mengajaknya bergabung.”
b.      Sangji Ritzville Apartment.
“Jeong-Hoo membukakan pintu, berbaik hati menawarkan lengannya membantu Jung-Ha turun, lalu mengantar gadis itu hingga lobi depan Apartemen Sangji.”
c.       Kebun Teh Boseong.
“Dia menarik nafas dalam dan tersenyum sumringah menyambut cuaca Kebun Teh Boseong yang berawan dan sedikit mendung.”
d.      Mapo.
“Tentu saja dia tahu, Mapo adalah rumah keluarga Jung-Ha.”
e.       Universitas Dongguk
“Sia-sia Jung-Ha datang ke Universitas Dongguk karena ia hanya memandang kosong pada papan tulis. Selama perkuliahan berlangsung dia tidak mendengarkan apapun yang dikatakan dosen di depan.”
f.       Taman Yeouido.
“Dan taman Yeouido, tempat mereka berada sekarang menjadi pemisah….”
g.      Rumah Sakit Nasional Seoul.
“……melihat siapa yang berdiri di depan pintu ruang praktiknya di rumah sakit Seoul.”
h.      Tempat Tidur
“Gadis itu menendang selimut, bangkit dari tempat tidur.”
i.        di mobil.
“Aku akan menunggumu di mobil saja.”
j.        Di bawah pohon zelkova.
“…..tampak melamun dengan pandangan tertuju pada pasangan yang duduk di atas kursi di bawah pohon zelkova.”
k.      Di kedai pinggir jalan.
“Mereka sedang berada di kedai pinggir jalan dekat apartemen Jung-Ha.”
l.        Di panti asuhan.
“Kau hanya anak yang ditinggal dipanti asuhan setelah orangtuamu kecelakaan….”
m.    Di samping jendela.
“……memilih mengangkat kepala, dan menangkap sosok seorang gadis yang duduk di samping jendela.”

3)      Suasana
a.       Bingung
“Lee Jung-Ha yang dia tahu adalah gadis yang digandeng ayahnyadan dibawa ketaman bermain dekat rumah saat dia mengabarkan kematian ibunya. Lee Jung-Ha yang dia tahu adalah gadis yang berasal dari keluarga terpandang, yang bersifat sombong dan arogan, yang tampil di televise dengan wajahnya yang angkuh dan dagunya yang  terangkat tinggi. Lee Jung-Ha yang dia tahu bukanlah sosok asing yang barusan mereka ceritakan. Dia….sama sekali tidak mengenal Lee Jung-Ha yang seperti ini.”
b.      Sedih
“Dia memandangi jasad ibunya. Wajahnya yang pasi, kulitnya yang pucat, kelopak mata yang tertutup dan sampai kapanpun tidak akan pernah lagi terbuka, dan sayatan yang dia tahu ada di pergelangan tangan wanita tersebut. Sumber dari semua genangan darah itu.”
c.       Panik
“Pria itu menginjak pedal gas , membuat van itu sedikit terlonjak saat kecepatan tiba-tiba meningkat tajam. Sebagian dia lakukan karena mereka memang terlambat….”
d.      Khawatir
“Aku akan menjemputmu sekarang. Jangan keluar dari tempatmu berada sampai aku datang.”
e.       Menyedihkan
“Selama masa kecil dan remajaku, untuk setiap kesalahan yang kulakukan, sekecil apapun, mereka akan memukuliku habis-habisan, mengunci di gudang semalaman tanpa diberi makan.”
f.       Semangat
g.      “Detik itu juga aku tahu bahwa aku tidak lagi menginginkan Lee Jung-Ha yang lemah, sendirian, dan ketakutan. Aku akan berubah. Aku harus berubah. Dengan keinginan menggebu itu….”
h.       Tidak Nyaman.
“Wanita di depannya jelas membuatnya merasa tidak nyaman.”
i.        Marah
“Apa bagimu itu pantas dilakukan oleh seorang ayah, bahkan meski dia ayah tirimu sekalipun?”
j.        Menyenangkan
“……yang selalu bergegas menggendong dan menciumnya saat pulang kantor, bergelung bersamanya di atas sofa empuk ruang keluarga dan menemaninya menonton televisi, lalu membacakan cerita-cerita dongeng untuknya sebagai pengantar tidurnya di malam hari.”
k.      Kaget
“Detik itu juga tatapan Jae-Hyun beralih menatap Jeong-Hoo. Butuh beberapa saat baginya hingga matanya melebar, dengan raut wajah mengenali.”
l.        Menegangkan
“Aku hanya akan mengajukan satu pertanyaan. Terutama untukmu, Park Sang-Mi~ssi.”
m.    Bahagia
“Dia tersenyum diam-diam sambil terus melangkah dalam irama yang selaras dengan langkah kaki yang gadis itu ayunkan. Karena seperti itulah definisi kebahagiaan baginya. Begitu nyata. Dan teramat sederhana.”
4. Alur Cerita/Plot
Campuran (maju-mundur): “Juli 1999, aku akan membantumu sukses. Hanya itu. Aku tidak bisa membantumu membalaskan dendam.”
5. Sudut Pandang
Orang pertama sebagai pelaku utama.
“aku memandangi guci berisi abu itu dari balik kaca, juga foto yang dipajang di sebelahnya, dalam sebuah pigura kayu sederhana tanpa hiasan apa-apa. Disana aku melihat diriku enam belas tahun lalu.”
6. Konflik
Dalam novel konflik terjadi ketika Seo Jeong-Ho berniat membalaskan dendam atas masa remajanya yang hancur berantakan. Ketika dia berumur 14 tahun, ayahnya, Seo Jae-Hyun mengusir dia dan ibunya dari rumah dan membawa wanita lain yang memiliki dua anak perempuan sebagai pengganti mereka.
7. Pesan/Amanat
Jangan sia-siakan hidupmu hanya untuk membalas dendam. Masa depanmu masih panjang. Buktikan bahwa kau yang terbaik pada mereka yang mengucilkamu dan tidak memperdulikanmu. Tuhan Maha Adil disetiap kesusahan yang kau temui kan akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipat lebih indah dari apa yang kau pikirkan.


Sinopsis
And, then….
Seo Jeong-Ho, 30 tahun, berniat membalaskan dendam atas masa remajanya yang hancur berantakan. Ketika dia berumur 14 tahun, ayahnya, Seo Jae-Hyun mengusir dia dan ibunya dari rumah dan membawa wanita lain yang memiliki dua anak perempuan sebagai pengganti mereka. Beberapa inggu setelahnya, ibunya memilih bunuh diri dan meninggalkannya berjuang menghadapi hidup yang keras sendirian. Dia lalu mendatangi ayahnya untuk memberitahukan kabar tersebut, tapi Seo Jae-Hyun bahkan peduli pun tidak, malah menelantarkannya dan pergi bersama kedua anak barunya ke taman bermain, seolah berita itu tidak berarti apa-apa baginya. Jeong-Hoo kemudian menyusun rencana, mendatangi Lee Woo-Young, mantan suami dari istri kedua ayahny, Park Sang-Mi, dan meminta pria itu mengangkatnya menjadi anak dan membantunya meraih kesuksesan. Enam belas tahun kemudian, pemuda itu berubah menjadi pria sukses.Memiliki sebuah agensi artis dan menawarkan kerja sama pada Lee Jung-Ha, seorang aktris terkenal yang juga merupakan anak sulung dari wanita yang telah merusak keluarganya dulu. Dia bermaksud memulai misi balas dendamnya dengan menghancurkan karier gadis itu. Pikirnya, denagn melukai gadis itu dia sekaligus juga bisa melukai Seo Jae-Hyun dan Park Sang-Mi. tapi rencana yang telah tersusun matang itu dalam waktu singkat berubah berantakan. Lee Jung-Ha, gadis angkuh dan arogan yang dibenci banyak orang itu sama sekali tidak sesuai dengan perkiraannya. Tampilan gadis itu di depan publik berbeda jauh dengan kepribadiannya yang sebenarnya. Rahasia lain satu per satu mulai terkuak. Gadis yang dibencinya selama bertahun-tahun itu teryata hanyalah korban, sama sepertinya.Gadis itu menghabiskan masa kecil dan remajanya dengan menerima penyiksaan dari ibu kandung dan ayah tirinya,sebelum dia berhasil kabur dan membangun karier di dunia keartisan.
Pria itu mulai meragu dengan balas dendam yang ingin dia lakukan. Betapa pu dia berusaha menghindar, hatinya mulai berubah arah. Pesona gadis itu terlalu sulit untuk di tolak. Ketika dia menyakiti gadis itu, rasanya tidak semenyenangkan seperti yang seharusnya. Bahkan dia ikut luluh lantak ketika air mata gadis itu tertumpah, disebabkan olehnya. Maka, dia memutuskan menyerah. Tujuan hidupnya berubah. Bukan lagi untuk menyakiti gadis itu, tapi untuk berjuang mendapatkan hatinya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Media Gambar Berseri

Media Pembelajaran Bahasa Indonesia